0

Review Diablo III

Sabtu, 14 Maret 2015
Share this Article on :

Adaptasi Kontrol yang Nyaman

Salah satu concern utama dari proses port PC ke konsol tentu saja terletak pada kenyamanan navigasi yang ada. Sebagai sebuah game RPG isometrik dengan porsi action yang kental, ketepatan point dan click ala keyboard dan mouse tentu saja menjadi tumpuan yang paling rasional. Lantas bagaimana Blizzard akan mengubah mekanisme ini untuk dapat masuk ke kontroler konsol dengan tombol aksi yang terbatas? Untungnya proses ini berjalan dengan sangat baik.
Anda dapat menggerakkan karakter dengan analog kiri sembari memastikan fungsi roll real-time dengan analog kanan. Sementara itu sebagian besar fungsi serangan disematkan di semua fungsi kontroler utama selama pertempuran. Untuk memastikan Anda tidak repot melemparkan serangan ke musuh, sang karakter akan otomatis masuk dalam stance bertarung setiap kali Anda melemparkan setiap kill. Dalam mode ini, semua pergerakan analog akan berfungsi sebagai penentu arah dan bukannya navigasi gerak karakter. Oleh karena itu, dengan hanya menekan tombol aksi, Anda bisa menentukan kemana setiap serangan akan meluncur, tanpa harus mengalami kesulitan. Tantangan di mekanisme battle, teratasi dengan sangat biak.
Semua skill kini disematkan di tombol aksi utama kontroler konsol yang memang terbatas.
Semua skill kini disematkan di tombol aksi utama kontroler konsol yang memang terbatas.
Sayangnya posisi skill terletak di bagian yang tidak nyaman. Sulit untuk memperhatikan waktu cooldown sebelum Anda dapat mengakses skill Anda kembali.
Sayangnya posisi skill terletak di bagian yang tidak nyaman. Sulit untuk memperhatikan waktu cooldown sebelum Anda dapat mengakses skill Anda kembali.
Sebagai sebuah game RPG yang  menitikberatkan pada fungsi skill, Blizzard tentu saja harus memastikan bahwa fungsi tombol terbatas kontroler mampu memfasilitasi semua kombinasi yang dibutuhkan. Dengan menyematkan-nya di empat tombol utama + satu trigger di belakang, Anda bisa mengakses semua skill yang Anda inginkan. Namun sayang, proses port ini menghasilkan satu kelemahan yang cukup kentara ketika berada di wilayah skill. Animasi yang ditawarkan sama memesona, namun penempatan waktu cooldown skill sangat tidak jelas. Terletak di bagian terbawah layar dengan perputaran cooldown dengan warna samar, butuh sepersekian detik untuk memerhatikan status skill Anda – apakah bisa diakses atau tidak, yang akhirnya menuntut Anda untuk mengalihkan perhatian dari medan pertempuran sementara waktu. Fungsi swap skill dengan cepat juga otomatis musnah.
Salah satu implementasi yang mungkin terlihat mustahil juga terletak pada mekanisme equipment dan item. Seperti yang kita tahu, sudah menjadi cita rasa unik Diablo untuk menyematkan ruang terbatas yang meminta Anda untuk melakukan drag-drop setiap kali hendak menggunakan senjata atau armor tertentu. Blizzard terhitung berhasil mengaptasikan proses port yang pantas untuk diacungi jempol. Gamer konsol kini akan menghadapi sebuah user-interface berbentuk roda di sekeliling karaker untuk mengakses semua perlengkapan ini. Tinggal memutar analog dan memilih equipment yang Anda butuhkan, Anda bisa mengganti semua perlengkapan dengan mudah, membandingkan mereka, serta mencari mana yang terbaik. Tidak hanya itu saja, ada shortcut untuk menggunakan setiap senjata yang baru saja Anda dapatkan.
Proses menggantikan equipment juga diubah dengan menjadikan kontroler analog sebagai alat navigasi yang nyaman. Hasilnya? Berhasil!
Proses menggantikan equipment juga diubah dengan menjadikan kontroler analog sebagai alat navigasi yang nyaman. Hasilnya? Berhasil!
Perubahan user-interface dan hilangnya Auction House membuat opsi Crafting terlihat lebih menarik.
Perubahan user-interface dan hilangnya Auction House membuat opsi Crafting terlihat lebih menarik.
Perubahan user-interface ini juga membuat beberapa fitur lain terlihat lebih menarik dan lebih mudah dinikmati, jika dibandingkan dengan user-interface PC. Hal inilah yang kami rasakan ketika mengakses mode crafting. Anda jadi punya gambaran item seperti apa yang hendak Anda bangun dan betapa esensial fitur ini, apalagi setelah lepasnya Auction House.

The Best Part: Multiplayer Offline!

Kini dengan multiplayer offline!
Kini dengan multiplayer offline!
Sebagian besar pemilik Diablo III di versi-versi awal tentu masih ingat dengan beragam masalah yang harus dihadapi Blizzard ketika meluncurkan game ini untuk pertama kalinya. Di kala itu, server ternyata tidak cukup kuat untuk menampung request masif yang meluncur dari seluruh belahan dunia. Hasilnya? Para gamer yang sudah menantikan game ini dengan sabar ternyata harus berhadapan dengan kenyataan pahit – tidak bisa memulai perjalanan Diablo III mereka. Terlepas dari permintaan gamer untuk merilis versi offline, Blizzard meyakinkan bahwa koneksi ke Battle.net esensial, tidak hanya untuk membendung bajakan, tetapi juga menciptakan pengalaman multiplayer yang mumpuni. Satu tahun setelah rilisnya? BAM! Sebuah mode multiplayer offline ternyata disematkan di versi konsol!
Tidak hanya menihilkan kebutuhan terkoneksi ke Battle.net, Blizzard juga menyuntikkan mode multiplayer offline untuk Diablo III versi konsol ini. Yang Anda butuhkan hanyalah membuat sebuah profile kedua dan menekan tombol start di game yang tengah dimainkan oleh Player pertama. Anda akan diminta untuk menciptakan karakter dan langsung bergabung dengan petualangan Player 1. Sebuah pengalaman langka yang tentu saja menarik untuk dijajal, tak ubahnya menikmati sebuah game beat them up  lawas di masa lalu. Dengan kepastian seperti ini, Anda juga memiliki kebebasan untuk membangun skill karakter yang lebih ditujukan untuk permainan kooperatif dan bukannya solo game.
Ruang gerak antara setiap player memang terbatas. Berjalan terlalu jauh? Anda secara otomatis akan berpindah tempat ke player lainnya.
Ruang gerak antara setiap player memang terbatas. Berjalan terlalu jauh? Anda secara otomatis akan berpindah tempat ke player lainnya.
Ada beberapa kelemahan yang pantas dicatat dari mode ini. Yang signifikan? Fakta bahwa Anda berbagi loot dan harus menghentikan permainan untuk mengakses menu utama Anda.
Ada beberapa kelemahan yang pantas dicatat dari mode ini. Yang signifikan? Fakta bahwa Anda berbagi loot dan harus menghentikan permainan untuk mengakses menu utama Anda.
Tentu saja , mode ini hadir dengan beberapa catatan yang membuatnya terasa kurang sempurna ketika dihadapkan pada skenario tertentu. Berbeda dengan ketika Anda terhubung secara online atau LAN, mode multiplayer offline seperti berarti menuntut Anda untuk bergerak bersama-sama. Blizzard tidak menyuntikkan mekanisme split-screen di Diablo III konsol ini. Hasilnya? Alih-alih bekerja sama membuka map dengan cepat, Anda harus terperangkap dalam alur gerak yang tidak berbeda ketika Anda memainkan game ini secara solo. Konsekuensi kedua? Anda harus berbagi loot yang didapatkan. Semua loot yang dilemparkan di mode ini merupakan loot yang sama untuk kedua karakter. Oleh karena itu, Anda harus belajar berbagi.
Masalah juga timbul ketika Anda mulai masuk dalam mode equipment dan mengorganisasi equipment yang tengah Anda miliki. Setiap kali masuk ke dalam mode ini, Anda berarti menghentikan permainan untuk player lainnya dan sebaliknya. Untuk permainan bersama satu gamer lainnya, penundaan ini masih bisa ditoleransi. Namun bayangkan jika Anda bermain dengan tiga gamer lain secara offline. Setiap kali Anda membunuh boss besar yang menjatuhkan banyak loot, Anda berarti harus menunggu tiga gamer lain menyusun equipment mereka, melakukan komparasi, dan akhirnya memutuskan. Waktu yang terbuang belum terhitung ketika Anda sendiri yang masuk ke dalam menu ini.

Pages: 1 2 3





Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar